Terimakasih Telah Berkunjung di Blog Saya dan Jangan Lupa Klik Tombol Like Disamping. Bagi Pengguna Akun Google Anda Bisa Join dan Memberi +1 Pada Bagian Bawah(Kiri dan Kanan) Blog Ini

Kamis, 19 Juli 2012

Meluruskan Beberapa Mitos Seputar Seafood

Masih banyak orang menghindari seafood karena takut dengan beberapa anggapan yang salah dan telah menjadi semacam mitos. Padahal, seafood lebih banyak manfaatnya ketimbang sumber protein hewani lainnya.
Mitos 1
Seafood memicu alergi.


Lautan adalah sumber berbagai unsur kimia sehingga kandungan unsur kimia yang menyusun tubuh ikan laut pun lebih beragam dibanding yang hidup di darat (ait tawar). Karena keragaman pakan mereka itulah, khasiat yang tersimpan dalam ikan laut lebih baik dari ikan air tawar. Namun di sisi lain, keragaman organisme di lautan bebas yang menjadi pakan ikan ini justu bisa memicu alergi, bagi sebagian orang.


Asthma and Allergy Foundation of America pada awal 2010 merilis fakta bahwa menjadi pemicu, seafood bukan penyabab alergi. munculnya alergi secara umum karena tubuh bereaksi berlebihan saat mendeteksi zat makanan tertentu. Akibatnya muncullah gejala alergi, berupa gatal-gatal, bercak merah di kulit, mual, pusing, dsb.


"Sensitivitas ini kebanyakan terjadi pada anak-anak (termasuk saya, hehehe), karena sistem imun mereka masih sangat sensitif. Reaksi berlebihan bisa muncul saat mereka makan seafood, yang relatif sangat beragam dibanding sumber pangan yang lain," ujar Frank Greer, ahli pediatri yang juga Ketua American Academy of Pediatrics (AAP) Committee on Nutrition. Dia menambahkan, kebanyakan anak-anak mengalami alergi pada jenis seafood jenis molusca (tak bertulang belakang), misal kerang, cumi-cumi, dan udang serta ikan bersisik besar.

Lebih jauh mengenai hal ini, konsultan gizi perikanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Mulia Nurhasan,M.Sc., menjelaskan molusca seperti udang, cumi-cumi, kerang dan lainnya serta ikan-ikan bersisik besar seperti kerapu, kakap, dan teri hidup di bagian permukaan laut (epiplagis) dengan kedalaman maksimal 25 meter. Pada permukaan laut inilah berbagai unsur kimia, termasuk limbah berserakan. "Hewan-hewan molusca yang hidup di lingkungan ini mengakumulasi mineral dan bahan kimia dalam tubuh mereka," ungkap Mulia. Dalam jumlah berlebihan, mineral tertentu dapat memicu timbulnya alergi dan bahkan keracunan atau penyakit lain.

Cara hidup ini menyebabkan komposisi kimia tubuh mollusca sangat beragam. Pada sebagian orang, sistem imun tubuhnya sangat sensitif sehingga terjadilah alergi ketika molusca itu dimakan. "Begitu juga ikan epiplagis yang hanya hidup di perairan dangkal. Ikan-ikan ini lebih terekspos terhadap polusi air, sampah, dan berbagai jenis limbah yang dibuang manusia ke perairan. Karena air, tempat hidup mereka tercemar, ikan epiplagis menjadi lebih rawan tercemar."

Jenis ikan laut yang memiliki kandungan gizi terbaik dan yang lingkungan hidupnya lebih bersih adalah dari kelompok tuna. Kandungan paling menonjol dari tuna adalah asam lemak Omega 3, DHA, dan EPA. Hal itu karena tuna hidup di kedalaman mesopelagis (25-200 meter), lebih selektif memilih makanan, dan cara hidupnya cenderung menjelajah, atau tidak diam di satu tempat. Mereka tidak suka makanan seperti ganggang, alga, dan mikroorganisme lainnya yang dimakan molusca maupun ikan bersisik besar, sehingga tuna jarang memicu alergi pada manusia. Tuna lebih menyukai zooplankton, seperti teri dan ikan-ikan kecil permukaan laut.

Pemicu munculnya alergi pada makanan laut pun ternyata bukan hanya gara-gara mengonsumsinya. Masih berdasarkan penelitian yayasan tersebut, ada orang-orang yang sudah menunjukkan gejala gatal-gatal saat mencium bau hewan laut. Untuk itu, baik Mulia dan Greer mengusulkan mereka yang sensitif untuk membiasakan diri memakan seafood sedini mungkin. Dan bagi orang-orang yang sudah terlanjur alergi terhadap ikan atau makanan laut, jangan menyerah dengan menghindari makan ikan selamanya. Alergi ikan biasanya sangat spesifik terhadap jenis ikan tertentu. "Kenali jenis ikan atau seafood apa yang tidak disukai tubuh anda. Dan cobalah konsumsi ikan jenis lain, yang tubuh anda tidak alergi terhadapnya," saran Mulia

Mitos 2
seafood sebabkan hipertensi dan gangguan jantung.

Tidak seperti anggapan umum, hipertensi - sebagai salah satu penyebab gangguan jantung serius - justru dapat dicegah dengan makan ikan yang dimasak dengan cara sehat. Kandungan tak jenuh ganda pada ikan berpotensi menurunkan tekanan darah tinggi dan mengurangi stress. "Berbagai macam penelitian sudah dilakukan dan kebanyakan hasil nya mendukung hipotesis ini," demikian menurut Mulia. Tekanan darah tinggi disebabkan oleh jantung yang bekerja terlalu keras memompa darah. Dan penyebabnya, antara lain karena darah yang mengental.

Konsumsi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh ganda diduga merupakan salah satu faktor pengentalan darah. Sementara ikan justru mengandung lemak tak jenuh ganda yang dapat membantu mengencerkan darah.

Asam lemak Omega 3 pada ikan berkhasiat mencegah pengentalan darah dengan cara menekan kadar trigliserida (golongan lemak yang menyebabkan pengentalan darah), sehingga aliran darah ke jantung lancar dan jantung pun sehat.

Lalu bagaimana dengan rasa asin (kandungan garam) pada seafood yang diduga memicu hipertensi? Rasa asin ikan laut tentu karena perairan habitatnya bersalinitas tinggi. Dari berbagai kandungan mineral yang ada di air laut seperti Sodium (Na), Magnesium (Mg), Kalium (K), dan lainnya, Sodium paling banyak dimiliki hewan dan tumbuhan laut. Bagaimanapun, Sodium dibutuhkan tubuh untuk menyeimbangkan kadar kimia, termasuk mengatur tekanan darah.

United States Departement of Health and Human Services mengatakan batas asupan Sodium harian yang masih sehat adalah kurang dari 1500mg/hari. Jika lebih, Sodium berpotensi meningkatkan tekanan darah. Tapi kandungan ikan laut tak melulu hanya Sodium, ada mineral penyeimbang lainnya seperti Potasium, Iodine, dan lainnya yang bermanfaat untuk tubuh. Lagipula kandungan Sodiumnya hanya berkisar 45-90mg.

Menurutnya, penelitian yang dilakukan secara konsisten, menunjukkan bahwa Omega-3 yang ditemukan pada ikan dan tumbuhan laut memberi manfaat kesehatan yang luar biasa, asalkan disajikan dengan tepat.

Bila ingin menyantap seafood sebaiknya jangan selalu digoreng. "Olah dengan cara direbus, dikukus, presto, atau dipanggang, agar tidak menambah asam lemak jenuh dari minyak kelapa sawit yang biasa dipakai menggoreng. Jika menggoreng, jangan terlalu lama dan api yang besar, dikhawatirkan bisa merusak asam lemak dan asama amino pada ikan," saran Mulia.

Mitos 3
semua seafood sehat


Walaupun ikan sangat bermanfaat bagi kesehatan, perlu diwaspadai asal ikan yang akan dikonsumsi. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kelautan dan Perikanan (Pusdatin-KKP) pada April 2011 merilis informasi bahwa tingkat pencemaran lingkungan laut Indonesia cukup tinggi.
Ditandai antara lain dengan terjadinya eutrofikasi atau meningkatnya jumlah polutan yang dimakan ikan.

"Jika dikonsumsi manusia, polutan tersebut akan mencemari tubuh manusia," ungkap Mulia. Ikan yang berasal dari perairan tercemar pun akan lebih cepat busuk. Namun janganlah hal ini membuat anda patah arang untuk makan ikan. Masih banyak cara untuk mendapat ikan yang sehat.

Meski sekilas tampak segar, fisik ikan yang didapat dari perairan tercemar mengalami banyak kerusakan. Polusi mengundang parasit bermutasi cepat di tubuh ikan sehingga akan terlihat banyak luka dan patah-patah pada sirip dan sisik. Berikut beberapa ciri ikan segar, agar anda bisa mendapat ikan yang sehat.

1. Rigor mortis palsu yang panjang
Ikan segar memiliki rentang rigor mortis yang panjang. Rigor mortis adalah periode antara pasca kematian menuju busuk (autolysis). Kondisi rigor mortis ditandai dengan mata yang terang, bening, menonjol dan cembung, sementara ikan yang busuk matanya redup, merah, terbenam, dan tertutup lendir.


2. Lendir ikan segar tidak berwarna
Badan ikan segar dibungkus lendir sebagai alat bantu renang. Lendir ikan segar lebih cemerlang, homogen dan transparan, sedang lendir ikan yang busuk berubah warna kekuningan dengan bau tidak sedap. Sementara ikan yang terkontaminasi polusi, kondisi lendirnya mengering dan berwarna putih susu.

3. Warna dan bau tidak menyengat
Warna dan bau ikan segar pun berbeda. Warna ikan yang segar cemerlang, sebaliknya ikan yang busuk kulitnya berwarna pudar. Ikan segar tidak mengandung bau-bau asing yang menusuk hidung.

Semoga bermanfaat ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda dapat berkomentar disini. Tetapi Admin harap komentar anda bebas dari SPAM, Pornografi, Sara, dan kata-kata yang dapat menyinggung orang lain. Komentar anda sangat berarti untuk kami. Terimakasih